Bastian dan Ibu Lily Kasoem di atas podium |
Bagaimana proses untuk bisa sampai ke Qatar?
Sebenarnya prosesnya dimulai sejak diadakannya kegiatan pelatihan fotografi oleh ROTA. Saya adalah salah satu pesertanya. Hasil dari kegiatan inilah yang membawaku terpilih sebagai wakil Indonesia dalam acara 3rd ROTA Gala Dinner yang diadakan di Doha, 31 Oktober 2009. Saya bersama Ibu Lily Kasoem berangkat ke Doha pada tanggal 28 Oktober 2009 dan kembali ke Indonesia tanggal 2 November 2009. Sungguh ini adalah pengalaman yang paling panjang dan paling lama yang pernah kau rasakan. Bayangkan, duduk di pesawat selama lebih dari 12 jam. Emm...Tepatnya, saya sendiri tidak mengetahuinya karena perbedaan zona waktu sempat mengacaukan perhitunganku.
Apa saja kesulitanmu Bas waktu berada di Qatar?
Kalau soal kesulitan bisa dibilang tidak ada. Segala sesuatunya sudah dipersiapkan dengan baik. Apalagi ada banyak orang yang berbagi tentang pengalaman mereka di luar negeri, sehingga bisa dibilang bekalnya sudah lengkap.
Lalu bagaimana soal makanan atau cuaca disana Bas?
Oh ya hampir terlupakan, ada satu hal yang tidak akan pernah kelupakan, yakni mabuk darat di dalam Limousinenya raja. Mabuk darat di atas bus saja sudah dilihatin orang apalagi di atas mobilnya raja?
Wah, itu bagaimana ceritanya Bas?
Salah satu sudut kota Doha |
Di hari pertama aku harus beradaptasi dahulu dengan keadaan lingkungan yang berbeda sekali dengan Indonesia. Namun setelah itu semuanya kembali normal. Apalagi soal makanan, ada berbagai macam makanan disana. Dan semuanya enak! sehingga tak ada lagi istilah sakit perut karena makanan yang baru dikenal.
Kemudian apa saja yang kamu kerjakan Bas di Doha?
Bisa dibilang acara intinya adalah menyampaikan testimonial dalam 3rd ROTA Gala Dinner yang dihelat di Museum of Islamic,31 Oktober 2009. Seperti kita ketahui, ROTA (Reach Out To Asia) adalah sebuah lembaga dari negara Qatar yang menjalin kerja sama dengan TITIAN FOUNDATION. Setiap tahunnya ROTA mengadakan makan malam besar yang dihadiri oleh orang-orang besar pula untuk menggalang dana kemanusian. Setiap tahunnya ROTA menggelar gala dinner untuk menggalang dana kemanusiaan. Dalam acara ini selalu ada testimonialtestimonial dari mereka yang sudah dibantu oleh ROTA. Untuk tahun 2009 kemarin itu kesempatan diberikan kepada Indonesia (Titian Foundation), dan Kamboja (Kampot Tradisional
Music School).
Wah, bagaimana rasanya malam itu Bas, secara kamu menjadi wakil Indonesia?
Funtastic! Malam yang tidak akan saya lupakan. Sampai-sampai saya menjadi pusat perhatian ratusan pasang mata. Rasanya benarbenar menjadi raja di depan raja.
Kenapa Bas?
Karena malam itu datang pula Emir Qatar, H.H Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani bersama permaisuri dan juga putra mahkotanya. Namun tetap saja saya yang meresa menjadi pusat perhatian. yah. walaupun aku sendiri tak tahu memang karena testimonialku atau karena pakaianku yang asing.
Maksudnya Bas?
Oh ya, aku berpakaian Jawa lengkap malam itu : Beskap, blangkon, jarik. Terlepas dari itu semua orang bilang, good job boy!! Seorang tamu bahkan berkata, “Kamu sangat tampan, handsome prince from the East, andai saja kita seumur mungkin ada kemungkinan kita berjodoh…”, ^_^
Banyak tentunya. Namun yang pasti, adalah mendapatkan teman baru dari berbagai penjuru dunia. Ada anak-anak Kamboja yang juga datang untuk mengisi acara dengan tarian tradisional mereka. Ada Chea Cantrea, Chanthou, Sreiroat, Sovann, Phuthea, dan beberapa anak lainnya. Nama mereka sangat susah untuk dihafalkan ya?.
Mereka adalah anak-anak yang ramah, walaupun kami harus ngobrol dengan perantara Pak Sothy, karena bahasa Inggris mereka masih terbatas. Kami bertukar pengalaman tentang sekolah. Ternyata, sekolah di Kamboja bisa dibilang lebih maju daripada sekolah di Indonesia.
Berbeda bagaimana Bas?
Di Kamboja murid bebas untuk memilih pelajaran apa yang akan mereka dalami, dengan syarat pada mata pelajaran tersebut mereka harus benar-benar menjadi ahli, dan bisa menjadi mentor untuk adik kelas mereka. Enak kan?
Wah, sedemikian bebaskah disana?
Memang begitu bebas tapi bertanggung jawab. Namun, keadaan berbeda 360 derajat dialami oleh temanku yang lain Abdul Basheer Bazee. Seorang anak laki-laki berumur 14 tahun dari Lebanon yang kehilangan kotanya karena invasi Israel. Darinya aku belajar tentang kerendahan hati. Mengapa? Karena, ternyata ia adalah anak seorang walikota, namun penampilanya sangat sederhana, selain itu ia juga mau bergaul dengan siapa saja.
Terakhir Bas, ada pesan apa darimu untuk teman-teman Titian?
Mmm, ada pelajaran dari Catherine Geach, lulusan Royal Academy of Music London yang menyumbangkan separuh hidupnya untuk anak-anak Kamboja. “ Hidup ini adalah semangat yang harus terus dipupuk. Hari ini adalah tumpuanmu untuk hari esok dan begitu seterusnya, kamu harus selalu memandang jauh ke depan karena hidup merupakan proses panjang, bukan sesuatu yang instant!” Selain itu, kita juga harus menjalani segala sesuatu dengan sungguh-sungguh. Ikhlas dan yakin pokoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar